Sejarah dan perkembangan klasifikasi tumbuhan secara umum

03.20 Unknown 0 Comments

Sejarah dan perkembangan klasifikasi tumbuhan secara umum
Oleh: Dwi Rianawaty

Abstrak
Tujuan dari paper ini adalah untuk mengetahui sejarah dan perkembangan klasifikasi pada tumbuhan secara umum.
Paper ini akan memberikan gambaran tentang sistem klasifikasi tumbuhan, tokoh-tokoh pencetusnya dan tujuan klasifikasi itu sendiri. Klasifikasi tersebut bertujuan untuk menyederhanakan objek studi yaitu mencari keanekaragaman dalam keseragaman. Kesamaan-kesamaan dan keseragaman itulah yang nantinya akan menjadi dasar dalam pengklasifikasian jadi suatu takson atau suatu unit mempunyai sejumlah kesamaan-kesamaan sifat.

Latar Belakang
            Secara harfiah arti klasifikasi adalah penggolongan atau pengelompkkan ada beberapa pengertian mengenai klasifikasi, menurut Kamus Besar Indonesia klasifikasi adalah penyusunan bersistem dalam kelompok atau golongan menurut kaidah atau standar yang ditetapkan.
            Pengertian Klasifikasi adalah pengelompokkan makhluk hidup berdasarkan persamaan ciri, perbedaan ciri, cara hidup.
            Pengertian klasifikasi disarikan dari berbagai sumber (buku dan internet), berikut ini adalah beberapa dari sekian banyak pengertian tentang apa yang dimaksud dengan klasifikasi makhluk hidup, terutama tumbuhan.
Ø  Klasifikasi makhluk hidup adalah pengelompokkan makhluk hidup yang mempunyai ciri dan sifat yang sama, dimasukkan kedalam satu kelompok, da bila dalam persamaan ditemukan perbedaan ciri dan sifat, maka akan dipisahkan lagi kedalam satu kelompok, dan bila dalam persamaan ditemukan perbedaan ciri dan sifat, maka dipisahkan lagi kedalam kelompok lain yang lebih kecil, sehingga akan diperoleh kelompok-kelompok makhluk hidup dengan jenjang yang berbeda.
Ø  Kegiatan mengelompokkan makhluk hidup disebut klasifikasi, dengan kata lain klasifikasi adalah pengelompokkan aneka jenis hewan atau tumbuhan kedalam golongan/takson melalui keseragaman dan keanekaragaman.
Ø  Klasifikasi adalah penyusunan tumbuhan secara teratur ke dalam suatu herarki. Sistem penyusunan ini berasal dari kumpulan informasi tumbuhan secara individual yang menggambarkan kekerabatan.
Ø  Klasifikasi tumbuhan adalah pembentukan kelompok-kelompok dari seluruh tumbuhan yang ada dibumi ini hingga dapat disusun takson-takson secara teratur mengikuti suatu hierarki.
Sehingga dapat disimpulkan dari beberapa pengertian diatas, bahwa klasifikasi makhluk hidup (Tumbuhan) adalah kegiatan mengelompokkan/membberi nama berbagai macam/jenis makhluk hidup (tumbuhan) berdasarka kesamaan ciri/fungsi yang dimiliki, dan bertujuan untuk memudahkan dalam mempelajarinya/mengenalnya.

Pembahasan
Pengertian klasifikasi
Klasifikasi adalah penyusunan tumbuhan secara teratur kedalam suatu herarki. Sistem penyusunan ini berasal dari kumpulan informasi tumbuhan secara individual yang menggambarkan kekerabatan.
Tujuan klasifikasi
                Klasifikasi tersebut bertujuan untuk menyederhanakan objek studi yaitu mencari keanekaragaman dalam keseragaman. Kesamaan-kesamaan dan keseragaman itulah yang nantinya akan menjadi dasar dalam pengklasifikasian jadi suatu takson atau suatu unit mempunyai sejumlah kesamaan-kesamaan sifat. Semakin rendah tingkatan suatu takson maka keseragaman individu dalam takson itu semakin dekat kekerabatannya (kesamaannya lebih banyak). Menurut kesepakatan internasional satu tumbuhan disebut sebagai satu individu dan seluruh tumbuhan disebut satu dunia atau ragnum. Dari istilah indivudu dan dunia maka dapat dibentuk urutan takson dari yang paling besar ke yang kecil yaitu, divisi, kelas, bangsa, suku, rumpun, marga, seksi, seri, jenis, varietas, dan bentuk.
Sejarah perkembangan klasifikasi tumbuhan
            Perbedaan dasar yang digunakan dalam klasifikasi tumbuhan akan memberikan hasil klasifikasi yang berbeda-beda sehingga terbntuklah sistem klasifikasi yang berlainan. Berdasarkan tingkat peradabannya, manusia yang pertama-tama melakukan kegiatan dibidang taksonomi tumbuhan khususnya klasifikasi pasti memilah-milah dan mengelompkkan tumbuhan berdasarkan atas kesamaan ciri-ciri yang berkaitan langsung dengan kehidupan manusia. Misalnya dihasilkan kelompok tumbuhan penghasil bahan pangan, penghasil bahan sandang, pengasil bahan obat-obat dan lain-lain. Selain itu juga dapat berdasarkan ciri-ciri yang mudah diliat dengan mata telanjang seperti perawakan tumbuhan. Berdasarkan perawakan tumbuhan (habitus), tumbuhan dikelompokkan menjadi emapat yaitu, pohon (arbor), yang tumbuh tinggi dan besar serta berumur panjang, perdu, semak, dan terna (herba).
Seiring dengan kemajuan teknologi dan peradaban ciri-ciri tumbuhan yang pada mulanya tidak dapat diamati dapat dipertimbangkan untuk dijadikan dasar dalam pengklasifikasian. Karena teknologi yang lebih maju telah dapat mengamati bagian tersebut missalnya ciri-ciri anatomi, kandungan zat-zat kimia dan lain-lain. Dalam dunia taksonomi tumbuhan dikenal berbagai sistem klasifikasi yang masing-masing diberi nama berdasarkan tujuan yang ingin dicapai atau dasar yang digunakan dalam pengklasifikasian. Sistem klasifikasi yang bertujan pada penyederhanaan objek studi dalam bentuk suatu ikhtisar lengkap seluruh tumbuhan disebut sistem buatan atau sistem artifisial. Dengan keterlibatan ilmu-ilmu lain dalam taksonomi tumbuhan muncul sistem klasifikasi lain yang tidak hanya bertujuan menyederhanakan objek sistem klasifikasinya disebut sistem alam. Setelah lahirnya teori evolusi muncul sistem filogenetik yang mencita-citakan tercerminnya jauh dekatnya hubungan kekerabatan antara golongan tumbuhan yang satu dengan golongan tumbuhan yang lain serta urutannya dalam sejarah perkembangan filogenetik tumbuhan. Kemajuan dalam ilmu kima dapat mengungkap zat-zat apa saja yang ada dalam tumbuh-tumbuhan yang menyebabkan timbulnya saran agar pengklasifikasian tumbuhan juga didasarkan pada kesamaan. Atau kekerabatan zat-zat kimia yang terkandung didalamnya. Sehingga terbentuk suatu aliran atau cabang dalam taksonom tumbuhan yang disebut kemotaksonomi.
Keberadaan teknologi canggih, salah satunya komputer maka berkembang suatu aliran yang dikenal sebagai taksimetri atau taksonometri yang berusaha untuk menetukan jauh dekatnya hubungan kekerabatan antara dua takson tumbuhan melalui sistem pemberian nilai untuk kemiringan yang terdapat pada organ yang sama pada dua kelompok tumbuhan yang berbeda dan kemudian dengan penerapan analisis kelompok (CLUSTER analisis) dibentuk kelompok-kelompok untuk menggambarkan jauh dekatnya hubungan kekerabatan diantara anggota kelompok.

Sistem klasifikasi dan tokoh-tokoh pencetusnya
Pengklasikasian makhluk hidup secara umum digolongkan kedalam tiga kelompok berdasarkan masanya, yaitu: sistem alami, sistem buatan, dan sistem filogenetik. Sebagai tamabahan dikarenakan perkembangan zaman dikarenakan perkembangan zaman maka disajikan pula periode sistem Filogenetik dari Pertengahan abad ke 19 hingga sekarang.

A.    Klasifikasi Sistem Alami
1)     Theophrastus dari Eresus (370 – 285 SM)
Theophrastus mengklasifikasikan tumbuhan terutama didasarkan atas perawakan (habitus) yang dikelompokkan dalam empat golongan, yaitu: pohon, semak atau perdu, tumbuhan memanjat, dan herba atau terna. Theophrastus disebut sebagai bapak botani oleh linnaeus, dalam karyanya yang berjudul Historia Plantarum telah memperkenalkan dan memberikan deskripsinya untuk sekitar 480 jenis tumbuhan.
2)     Herbalis
Para herbalis terutama melakukan penelitian terhadap penggunaan tumbuhan secara praktis, pertama-tama ditinjau dari segi khasiatnya sebagai obat. Publikasi (karya tulis) mereka yang sangat banyak itu disebut herbal. Berisi deskripsi tentang tumbuhan asli setempat maupun jenis-jenis asing lainnya. Diantaranya para tokoh yang termasuk dalam herbalis adalah Dicordies (50 - ? SM), Plinius (23 – 79 SM), O. Brunfels (1464 - 1534 M), L. Fuchs (1501-1566 M), R. Dodoneus (1516 – 1518 M), dan M. De L’Obel (1545 – 1612 M)
B.    Sistem Klasifikasi Buatan
Klasifikasi sistem buatan diperkenalkan oleh Carl von Linne (1707-1778), ahli ilmu pengetahuan alam swedia yang namanya dilatinkan menjadi Carolus Linnaeus. Sistem yang telah disusun yaitu sistem klasifikasi buatan. Maksudnya, kategori organisme didasarkan pada sejumlah kecil sifat-sifat morfologi tanpa memandang kesamaan struktur yang mungin memperlihatkan kekerabatan. Klasifikasi sistem buatan ini antara lain mengelompokkan tumbuhan atas atas dasar bunga, masa bunga, bentuk bunga, bentuk daun, jumlah benang sari, putik dan lain-lain. Sistem klasifikasi buatan menggunakan sistem nomenklatur.
            Sistem klasifikasi tumbuhan yang diciptakan oleh Linnaeus masih dikategorikan sebagai sistem artivisial. Nama Sistema Sexsuale untuk sistem yang diciptakan sebenarnya tidak begitu tepat, karena pada dasarnya sistem ini tidak ditekankan pada masalah jenis kelamin, tetapi pada kesamaan jumlah alat-alat kelamin seperti jumlah benang sari. Nama-nama golongan tumbuhan yang diciptakan oleh linnaeus seperti monandria (berbenang sari tunggal), diandria (berbenang sari dua), triandria (berbenang sari tiga) dan seterusnya.
Itulah sebabnya sistem klasifikasi tumbuhan ciptaan Linnaeus dikenal pula sebagai sistem numerik.
            Ciptaan Linnaeus ini merupakan sistem yang dinilai revolusioner untuk masa itu, dan memberikan pengaruh yang lebih besar dari pada sumbangan linnaeus yang lain, dan sistem ini sengaja dirancang sebagai alat bantu dalam mengidentifikasi tumbuhan dan ia juga dianggap sebagai pencipta sistem tatanama ganda yang diterapkan dalam bukunya Species plantarum yang diterbitkan pada tanggal 1 mei 1753 yang menjadi pangkal tolak berlakunya tatanama tumbuhan yang diakui.
            Sesungguhnya linnaeus dianggap tidak tepat bila ia sebagai pencipta tatanama ganda. Sebelim linnaeus, sistem tatanama ganda telah dirintis oleh caspar bauhin, yang dalam tahun 1623 dalam bukunya pinax theatri botanici telah menerapkan sistem tatanama ganda pada tumbuhan. Karena besar jasa-jasa yang diberikan oleh linnaeus bagi perkembangan taksonomi pada umumnya dan taksonomi tumbuhan khususnya bagi dunia ilmu hayat linnaeus mendapatkan gelar sebagai “bapak taksonomi” baik hewan maupun tumbuhan dan juga mendapat pengakuan dari negara yang diberikan oleh raja swedia yang mengangkat linnaeus ke jenjang bangsawan, sehingga nama karl linne diubah menjadi karl von linne. Linneaus juga berperan penting dalam taksonomi tumbuhan yang membangkitkan minat dan semangat siswa yang kemudian beberapa diantaranya menjadi tokoh seperti gurunya. Diantaranya adalah Peter Kalm (1716-1779), F. Hasselquist (1722-1752), P Forskal (1731-1760), C.P. Thunberg (1743—1828), J. A. Murray (1740-1791), J. Roener (1763-1819), C. L. Wildenow (1765-1812), dan J. Schultes (1773-1831).
C.    Klasifikasi Sistem Filogenetik
Pada masa Linnaeus pendapat umum menyatakan bahwa semua species berasal dari penciptaan khusus. Kemudian masing-masing melanjutkan sifat aslinya sebagai species yang tetap dan tidak  berubah, mereka menduga bahwa pada awal dibentuknya makhluk hidup, telah diciptakan makhluk hidup yang sama seprti makhluk hidup yang ada sekarang. Kemudian makhluk hidup tetap hidup dan berkembang sampai sekarang. Hal ini menyebabkan mereka tidak mengetahui bahwa terdapat kekerabatan antar jenis organisme.
Berdasarkan teori evolusi darwin, maka muncullah sistem klasifikasi modern berdasarkan filogeni, yaitu klasifikasi yang disusun berdasarkan keturunan dan hubungan kekerabatan. Filogeni adalah proses evolusi makhluk hidup dari filum tingkat rendah sampai tingkat tinggi. Organisme yang berkerabat dekat memiliki persamaan ciri lebih banyak jika dibandingkan dengan organisme yang berkerabat jauh. Ciri yang digunakan adalah ciri morfologi, anatomo, fisiologi, dan perilaku.
Menjelang berakhirnya abad ke-18 terjadi perubahan-perubahan yang revolusioner dalam pengklasifikasian tumbuhan. Sistem klasifikasi yang baru ini disebut “sistem alam” yaitu golongan yang terbentuk merupakan unit-unit yang wajar (natural) bila terdiri dari anggota-anggota itu, dan degan demikian dapat tercermin pengertian manusia mengenai yang disebut dikehendaki oleh alam. Secara harfiah istilah “sistem alam” untuk aliran baru dalam klasifikasi ini tidak begitu tepat karena pada hakekatnya semua sistem klasifikasi adalah sistem buatan. Untuk sistem klasifikasi yang digunakan dalam periode ini, digunakan nama “sistem alam” (natural system) dengan dimaksud untuk memenuhi keinginan manusia akan adanya penataan yang tepat yang lebih baik dari sistem-sistem sebelumnya. Diantaranya tokoh-tokoh yang berperan dalam klsifikasi sistem filogenetik adalah M.Adanson (1727-1806), G. C. Oeders (1728-1791), J. R. de Lamarck (1744-1829), De Jussieu bersaudara (1686-1779), dan All de Jussieu (1748-1836).
D.   Periode Sistem Filogenetik dari pertengahan abad ke 19 hingga sekarang
teori evolusi, teori desendensd atau teori keturunan seperti yang diciptakan oleh darwin merupakan suatuteori hingga sekarang oleh sebagian orang terutama tokoh agama masih dianggap kontroversial dan tetap ditentang kendati ajaran itu tetap diterima dan cepat tersebar luas dikalangan kaum imuan yang  begitu fanatik terhadap teori ini sampai ada yang menyatakan, bahwa “evolusi bukannya teori lagi, tetapi adalah suatu aksioma yang tidak perlu  diragukan kebenarannya, dan oleh karenanya tidak perlu diperdebatkan lagi”.
Sistem klasifikasi dalam periode ini berupaya untuk mengadakan penggolongan tumbuhan yang sekaligus mencerminkan urutan-urutan golongan itu dalam sejarah perkembangan filogenetiknya dan demikian juga menunjukkan jauh dekatnya hubungan kekerabatan yang satu dengan yang lain. Jadi dalam klasifikasi ini dasar yang digunakan adalah adalah “filogeni” dan dari sini lahirlah nama “sistem filogenetik” kenyataanya, bahwa kemudian mucul sistem klasifikasi yang berbeda, membuktikan bahwa persepsi dan interpretasi para ahli biologi mengenai yang disebut filogeni itu masih berbeda-beda.
Diantaranya tokoh-tokoh ahli taksonomi dimasa ini adalah Alexander Braun (1805-1877), A. W. Eichler (1839-1887), Adolp Engler (1844-1930), Charles E. Besseu (1845-1915), Richard Werrstein (1862-1831 M), Alfred B. Rendle (1865-1939), Karl C. Mets (1866-1944), Hans Halliers (Johan Gottfried Hallier) (1868-1932), August A. Pulle (1878), Carl Skottberg (1880), dan John Hutchinson (1884-1972).

Kesimpulan
klasifikasi makhluk hidup (Tumbuhan) adalah kegiatan mengelompokkan/membberi nama berbagai macam/jenis makhluk hidup (tumbuhan) berdasarkan kesamaan ciri/fungsi yang dimiliki, dan bertujuan untuk memudahkan dalam mempelajarinya/mengenalnya.
Klasifikasi tersebut bertujuan untuk menyederhanakan objek studi yaitu mencari keanekaragaman dalam keseragaman. Kesamaan-kesamaan dan keseragaman itulah yang nantinya akan menjadi dasar dalam pengklasifikasian jadi suatu takson atau suatu unit mempunyai sejumlah kesamaan-kesamaan sifat. Semakin rendah tingkatan suatu takson maka keseragaman individu dalam takson itu semakin dekat kekerabatannya (kesamaannya lebih banyak).
Seiring dengan kemajuan teknologi dan peradaban ciri-ciri tumbuhan yang pada mulanya tidak dapat diamati dapat dipertimbangkan untuk dijadikan dasar dalam pengklasifikasian. Karena teknologi yang lebih maju telah dapat mengamati bagian tersebut misalnya ciri-ciri anatomi, kandungan zat-zat kimia dan lain-lain. Dalam dunia taksonomi tumbuhan dikenal berbagai sistem klasifikasi yang masing-masing diberi nama berdasarkan tujuan yang ingin dicapai atau dasar yang digunakan dalam pengklasifikasian. Sistem klasifikasi yang bertujan pada penyederhanaan objek studi dalam bentuk suatu ikhtisar lengkap seluruh tumbuhan disebut sistem buatan atau sistem artifisial.
Keberadaan teknologi canggih, salah satunya komputer maka berkembang suatu aliran yang dikenal sebagai taksimetri atau taksonometri yang berusaha untuk menetukan jauh dekatnya hubungan kekerabatan antara dua takson tumbuhan melalui sistem pemberian nilai untuk kemiringan yang terdapat pada organ yang sama pada dua kelompok tumbuhan yang berbeda dan kemudian dengan penerapan analisis kelompok (CLUSTER analisis) dibentuk kelompok-kelompok untuk menggambarkan jauh dekatnya hubungan kekerabatan diantara anggota kelompok.


Daftar Pustaka
Irfan Firmansyah. (2015,april). Klasifikasi tumbuhan. Diakses tanggal 9 februari 2017 dari
Didin Rosidin. (2012). Klasifikasi da sejarah perkembangan taksonomi tumbuhan. Diakses tanggal 9 februari 2017 dari

You Might Also Like

0 komentar: