Sejarah dan perkembangan klasifikasi tumbuhan secara umum
Sejarah dan perkembangan klasifikasi tumbuhan secara umum
Oleh: Dwi Rianawaty
Abstrak
Tujuan dari paper ini
adalah untuk mengetahui sejarah dan perkembangan klasifikasi pada tumbuhan
secara umum.
Paper ini akan
memberikan gambaran tentang sistem klasifikasi tumbuhan, tokoh-tokoh
pencetusnya dan tujuan klasifikasi itu sendiri. Klasifikasi tersebut bertujuan
untuk menyederhanakan objek studi yaitu mencari keanekaragaman dalam
keseragaman. Kesamaan-kesamaan dan keseragaman itulah yang nantinya akan menjadi
dasar dalam pengklasifikasian jadi suatu takson atau suatu unit mempunyai
sejumlah kesamaan-kesamaan sifat.
Latar
Belakang
Secara
harfiah arti klasifikasi adalah penggolongan atau pengelompkkan ada beberapa
pengertian mengenai klasifikasi, menurut Kamus Besar Indonesia klasifikasi
adalah penyusunan bersistem dalam kelompok atau golongan menurut kaidah atau
standar yang ditetapkan.
Pengertian
Klasifikasi adalah pengelompokkan makhluk hidup berdasarkan persamaan ciri,
perbedaan ciri, cara hidup.
Pengertian
klasifikasi disarikan dari berbagai sumber (buku dan internet), berikut ini
adalah beberapa dari sekian banyak pengertian tentang apa yang dimaksud dengan
klasifikasi makhluk hidup, terutama tumbuhan.
Ø Klasifikasi makhluk hidup adalah pengelompokkan makhluk
hidup yang mempunyai ciri dan sifat yang sama, dimasukkan kedalam satu
kelompok, da bila dalam persamaan ditemukan perbedaan ciri dan sifat, maka akan
dipisahkan lagi kedalam satu kelompok, dan bila dalam persamaan ditemukan
perbedaan ciri dan sifat, maka dipisahkan lagi kedalam kelompok lain yang lebih
kecil, sehingga akan diperoleh kelompok-kelompok makhluk hidup dengan jenjang
yang berbeda.
Ø Kegiatan mengelompokkan makhluk hidup disebut
klasifikasi, dengan kata lain klasifikasi adalah pengelompokkan aneka jenis
hewan atau tumbuhan kedalam golongan/takson melalui keseragaman dan
keanekaragaman.
Ø Klasifikasi adalah penyusunan tumbuhan secara teratur ke
dalam suatu herarki. Sistem penyusunan ini berasal dari kumpulan informasi
tumbuhan secara individual yang menggambarkan kekerabatan.
Ø Klasifikasi tumbuhan adalah pembentukan kelompok-kelompok
dari seluruh tumbuhan yang ada dibumi ini hingga dapat disusun takson-takson
secara teratur mengikuti suatu hierarki.
Sehingga dapat disimpulkan dari
beberapa pengertian diatas, bahwa klasifikasi makhluk hidup (Tumbuhan) adalah
kegiatan mengelompokkan/membberi nama berbagai macam/jenis makhluk hidup
(tumbuhan) berdasarka kesamaan ciri/fungsi yang dimiliki, dan bertujuan untuk
memudahkan dalam mempelajarinya/mengenalnya.
Pembahasan
Pengertian klasifikasi
Klasifikasi adalah penyusunan tumbuhan secara teratur kedalam suatu
herarki. Sistem penyusunan ini berasal dari kumpulan informasi tumbuhan secara
individual yang menggambarkan kekerabatan.
Tujuan klasifikasi
Klasifikasi tersebut bertujuan untuk menyederhanakan objek studi yaitu
mencari keanekaragaman dalam keseragaman. Kesamaan-kesamaan dan keseragaman
itulah yang nantinya akan menjadi dasar dalam pengklasifikasian jadi suatu
takson atau suatu unit mempunyai sejumlah kesamaan-kesamaan sifat. Semakin
rendah tingkatan suatu takson maka keseragaman individu dalam takson itu
semakin dekat kekerabatannya (kesamaannya lebih banyak). Menurut kesepakatan
internasional satu tumbuhan disebut sebagai satu individu dan seluruh tumbuhan
disebut satu dunia atau ragnum. Dari istilah indivudu dan dunia maka dapat
dibentuk urutan takson dari yang paling besar ke yang kecil yaitu, divisi,
kelas, bangsa, suku, rumpun, marga, seksi, seri, jenis, varietas, dan bentuk.
Sejarah perkembangan klasifikasi tumbuhan
Perbedaan dasar yang
digunakan dalam klasifikasi tumbuhan akan memberikan hasil klasifikasi yang
berbeda-beda sehingga terbntuklah sistem klasifikasi yang berlainan.
Berdasarkan tingkat peradabannya, manusia yang pertama-tama melakukan kegiatan
dibidang taksonomi tumbuhan khususnya klasifikasi pasti memilah-milah dan
mengelompkkan tumbuhan berdasarkan atas kesamaan ciri-ciri yang berkaitan
langsung dengan kehidupan manusia. Misalnya dihasilkan kelompok tumbuhan
penghasil bahan pangan, penghasil bahan sandang, pengasil bahan obat-obat dan
lain-lain. Selain itu juga dapat berdasarkan ciri-ciri yang mudah diliat dengan
mata telanjang seperti perawakan tumbuhan. Berdasarkan perawakan tumbuhan
(habitus), tumbuhan dikelompokkan menjadi emapat yaitu, pohon (arbor), yang
tumbuh tinggi dan besar serta berumur panjang, perdu, semak, dan terna (herba).
Seiring dengan kemajuan teknologi dan peradaban ciri-ciri tumbuhan yang
pada mulanya tidak dapat diamati dapat dipertimbangkan untuk dijadikan dasar
dalam pengklasifikasian. Karena teknologi yang lebih maju telah dapat mengamati
bagian tersebut missalnya ciri-ciri anatomi, kandungan zat-zat kimia dan
lain-lain. Dalam dunia taksonomi tumbuhan dikenal berbagai sistem klasifikasi
yang masing-masing diberi nama berdasarkan tujuan yang ingin dicapai atau dasar
yang digunakan dalam pengklasifikasian. Sistem klasifikasi yang bertujan pada
penyederhanaan objek studi dalam bentuk suatu ikhtisar lengkap seluruh tumbuhan
disebut sistem buatan atau sistem artifisial. Dengan keterlibatan ilmu-ilmu
lain dalam taksonomi tumbuhan muncul sistem klasifikasi lain yang tidak hanya
bertujuan menyederhanakan objek sistem klasifikasinya disebut sistem alam.
Setelah lahirnya teori evolusi muncul sistem filogenetik yang mencita-citakan
tercerminnya jauh dekatnya hubungan kekerabatan antara golongan tumbuhan yang
satu dengan golongan tumbuhan yang lain serta urutannya dalam sejarah
perkembangan filogenetik tumbuhan. Kemajuan dalam ilmu kima dapat mengungkap
zat-zat apa saja yang ada dalam tumbuh-tumbuhan yang menyebabkan timbulnya
saran agar pengklasifikasian tumbuhan juga didasarkan pada kesamaan. Atau
kekerabatan zat-zat kimia yang terkandung didalamnya. Sehingga terbentuk suatu
aliran atau cabang dalam taksonom tumbuhan yang disebut kemotaksonomi.
Keberadaan teknologi canggih, salah satunya komputer maka berkembang suatu
aliran yang dikenal sebagai taksimetri atau taksonometri yang berusaha untuk
menetukan jauh dekatnya hubungan kekerabatan antara dua takson tumbuhan melalui
sistem pemberian nilai untuk kemiringan yang terdapat pada organ yang sama pada
dua kelompok tumbuhan yang berbeda dan kemudian dengan penerapan analisis
kelompok (CLUSTER analisis) dibentuk kelompok-kelompok untuk menggambarkan jauh
dekatnya hubungan kekerabatan diantara anggota kelompok.
Sistem klasifikasi dan tokoh-tokoh pencetusnya
Pengklasikasian makhluk hidup secara umum digolongkan kedalam tiga kelompok
berdasarkan masanya, yaitu: sistem alami, sistem buatan, dan sistem
filogenetik. Sebagai tamabahan dikarenakan perkembangan zaman dikarenakan
perkembangan zaman maka disajikan pula periode sistem Filogenetik dari
Pertengahan abad ke 19 hingga sekarang.
A. Klasifikasi
Sistem Alami
1) Theophrastus dari Eresus (370 – 285 SM)
Theophrastus mengklasifikasikan
tumbuhan terutama didasarkan atas perawakan (habitus) yang dikelompokkan dalam
empat golongan, yaitu: pohon, semak atau perdu, tumbuhan memanjat, dan herba
atau terna. Theophrastus disebut sebagai bapak botani oleh linnaeus, dalam
karyanya yang berjudul Historia Plantarum telah memperkenalkan dan memberikan deskripsinya
untuk sekitar 480 jenis tumbuhan.
2) Herbalis
Para herbalis terutama melakukan
penelitian terhadap penggunaan tumbuhan secara praktis, pertama-tama ditinjau
dari segi khasiatnya sebagai obat. Publikasi (karya tulis) mereka yang sangat
banyak itu disebut herbal. Berisi deskripsi tentang tumbuhan asli setempat
maupun jenis-jenis asing lainnya. Diantaranya para tokoh yang termasuk dalam
herbalis adalah Dicordies (50 - ? SM), Plinius (23 – 79 SM), O. Brunfels (1464
- 1534 M), L. Fuchs (1501-1566 M), R. Dodoneus (1516 – 1518 M), dan M. De
L’Obel (1545 – 1612 M)
B. Sistem
Klasifikasi Buatan
Klasifikasi sistem buatan diperkenalkan oleh Carl von Linne (1707-1778),
ahli ilmu pengetahuan alam swedia yang namanya dilatinkan menjadi Carolus
Linnaeus. Sistem yang telah disusun yaitu sistem klasifikasi buatan. Maksudnya,
kategori organisme didasarkan pada sejumlah kecil sifat-sifat morfologi tanpa
memandang kesamaan struktur yang mungin memperlihatkan kekerabatan. Klasifikasi
sistem buatan ini antara lain mengelompokkan tumbuhan atas atas dasar bunga,
masa bunga, bentuk bunga, bentuk daun, jumlah benang sari, putik dan lain-lain.
Sistem klasifikasi buatan menggunakan sistem nomenklatur.
Sistem
klasifikasi tumbuhan yang diciptakan oleh Linnaeus masih dikategorikan sebagai
sistem artivisial. Nama Sistema Sexsuale untuk sistem yang diciptakan
sebenarnya tidak begitu tepat, karena pada dasarnya sistem ini tidak ditekankan
pada masalah jenis kelamin, tetapi pada kesamaan jumlah alat-alat kelamin
seperti jumlah benang sari. Nama-nama golongan tumbuhan yang diciptakan oleh
linnaeus seperti monandria (berbenang sari tunggal), diandria (berbenang sari
dua), triandria (berbenang sari tiga) dan seterusnya.
Itulah sebabnya sistem
klasifikasi tumbuhan ciptaan Linnaeus dikenal pula sebagai sistem numerik.
Ciptaan
Linnaeus ini merupakan sistem yang dinilai revolusioner untuk masa itu, dan
memberikan pengaruh yang lebih besar dari pada sumbangan linnaeus yang lain,
dan sistem ini sengaja dirancang sebagai alat bantu dalam mengidentifikasi
tumbuhan dan ia juga dianggap sebagai pencipta sistem tatanama ganda yang
diterapkan dalam bukunya Species plantarum yang diterbitkan pada tanggal 1 mei
1753 yang menjadi pangkal tolak berlakunya tatanama tumbuhan yang diakui.
Sesungguhnya
linnaeus dianggap tidak tepat bila ia sebagai pencipta tatanama ganda. Sebelim
linnaeus, sistem tatanama ganda telah dirintis oleh caspar bauhin, yang dalam
tahun 1623 dalam bukunya pinax theatri botanici telah menerapkan sistem
tatanama ganda pada tumbuhan. Karena besar jasa-jasa yang diberikan oleh
linnaeus bagi perkembangan taksonomi pada umumnya dan taksonomi tumbuhan
khususnya bagi dunia ilmu hayat linnaeus mendapatkan gelar sebagai “bapak
taksonomi” baik hewan maupun tumbuhan dan juga mendapat pengakuan dari negara
yang diberikan oleh raja swedia yang mengangkat linnaeus ke jenjang bangsawan,
sehingga nama karl linne diubah menjadi karl von linne. Linneaus juga berperan
penting dalam taksonomi tumbuhan yang membangkitkan minat dan semangat siswa
yang kemudian beberapa diantaranya menjadi tokoh seperti gurunya. Diantaranya
adalah Peter Kalm (1716-1779), F. Hasselquist (1722-1752), P Forskal
(1731-1760), C.P. Thunberg (1743—1828), J. A. Murray (1740-1791), J. Roener
(1763-1819), C. L. Wildenow (1765-1812), dan J. Schultes (1773-1831).
C.
Klasifikasi Sistem Filogenetik
Pada masa Linnaeus pendapat umum menyatakan bahwa semua
species berasal dari penciptaan khusus. Kemudian masing-masing melanjutkan
sifat aslinya sebagai species yang tetap dan tidak berubah, mereka menduga bahwa pada awal
dibentuknya makhluk hidup, telah diciptakan makhluk hidup yang sama seprti
makhluk hidup yang ada sekarang. Kemudian makhluk hidup tetap hidup dan
berkembang sampai sekarang. Hal ini menyebabkan mereka tidak mengetahui bahwa
terdapat kekerabatan antar jenis organisme.
Berdasarkan teori evolusi darwin, maka muncullah sistem
klasifikasi modern berdasarkan filogeni, yaitu klasifikasi yang disusun
berdasarkan keturunan dan hubungan kekerabatan. Filogeni adalah proses evolusi
makhluk hidup dari filum tingkat rendah sampai tingkat tinggi. Organisme yang
berkerabat dekat memiliki persamaan ciri lebih banyak jika dibandingkan dengan
organisme yang berkerabat jauh. Ciri yang digunakan adalah ciri morfologi,
anatomo, fisiologi, dan perilaku.
Menjelang berakhirnya abad ke-18 terjadi
perubahan-perubahan yang revolusioner dalam pengklasifikasian tumbuhan. Sistem
klasifikasi yang baru ini disebut “sistem alam” yaitu golongan yang terbentuk
merupakan unit-unit yang wajar (natural) bila terdiri dari anggota-anggota itu,
dan degan demikian dapat tercermin pengertian manusia mengenai yang disebut
dikehendaki oleh alam. Secara harfiah istilah “sistem alam” untuk aliran baru
dalam klasifikasi ini tidak begitu tepat karena pada hakekatnya semua sistem
klasifikasi adalah sistem buatan. Untuk sistem klasifikasi yang digunakan dalam
periode ini, digunakan nama “sistem alam” (natural system) dengan dimaksud
untuk memenuhi keinginan manusia akan adanya penataan yang tepat yang lebih
baik dari sistem-sistem sebelumnya. Diantaranya tokoh-tokoh yang berperan dalam
klsifikasi sistem filogenetik adalah M.Adanson (1727-1806), G. C. Oeders
(1728-1791), J. R. de Lamarck (1744-1829), De Jussieu bersaudara (1686-1779),
dan All de Jussieu (1748-1836).
D.
Periode Sistem
Filogenetik dari pertengahan abad ke 19 hingga sekarang
teori evolusi, teori desendensd
atau teori keturunan seperti yang diciptakan oleh darwin merupakan suatuteori
hingga sekarang oleh sebagian orang terutama tokoh agama masih dianggap
kontroversial dan tetap ditentang kendati ajaran itu tetap diterima dan cepat
tersebar luas dikalangan kaum imuan yang
begitu fanatik terhadap teori ini sampai ada yang menyatakan, bahwa
“evolusi bukannya teori lagi, tetapi adalah suatu aksioma yang tidak perlu diragukan kebenarannya, dan oleh karenanya
tidak perlu diperdebatkan lagi”.
Sistem klasifikasi dalam periode
ini berupaya untuk mengadakan penggolongan tumbuhan yang sekaligus mencerminkan
urutan-urutan golongan itu dalam sejarah perkembangan filogenetiknya dan
demikian juga menunjukkan jauh dekatnya hubungan kekerabatan yang satu dengan
yang lain. Jadi dalam klasifikasi ini dasar yang digunakan adalah adalah
“filogeni” dan dari sini lahirlah nama “sistem filogenetik” kenyataanya, bahwa
kemudian mucul sistem klasifikasi yang berbeda, membuktikan bahwa persepsi dan
interpretasi para ahli biologi mengenai yang disebut filogeni itu masih
berbeda-beda.
Diantaranya tokoh-tokoh ahli
taksonomi dimasa ini adalah Alexander Braun (1805-1877), A. W. Eichler
(1839-1887), Adolp Engler (1844-1930), Charles E. Besseu (1845-1915), Richard
Werrstein (1862-1831 M), Alfred B. Rendle (1865-1939), Karl C. Mets
(1866-1944), Hans Halliers (Johan Gottfried Hallier) (1868-1932), August A.
Pulle (1878), Carl Skottberg (1880), dan John Hutchinson (1884-1972).
Kesimpulan
klasifikasi makhluk
hidup (Tumbuhan) adalah kegiatan mengelompokkan/membberi nama berbagai
macam/jenis makhluk hidup (tumbuhan) berdasarkan kesamaan ciri/fungsi yang
dimiliki, dan bertujuan untuk memudahkan dalam mempelajarinya/mengenalnya.
Klasifikasi tersebut
bertujuan untuk menyederhanakan objek studi yaitu mencari keanekaragaman dalam
keseragaman. Kesamaan-kesamaan dan keseragaman itulah yang nantinya akan
menjadi dasar dalam pengklasifikasian jadi suatu takson atau suatu unit
mempunyai sejumlah kesamaan-kesamaan sifat. Semakin rendah tingkatan suatu
takson maka keseragaman individu dalam takson itu semakin dekat kekerabatannya
(kesamaannya lebih banyak).
Seiring dengan kemajuan
teknologi dan peradaban ciri-ciri tumbuhan yang pada mulanya tidak dapat
diamati dapat dipertimbangkan untuk dijadikan dasar dalam pengklasifikasian.
Karena teknologi yang lebih maju telah dapat mengamati bagian tersebut misalnya
ciri-ciri anatomi, kandungan zat-zat kimia dan lain-lain. Dalam dunia taksonomi
tumbuhan dikenal berbagai sistem klasifikasi yang masing-masing diberi nama
berdasarkan tujuan yang ingin dicapai atau dasar yang digunakan dalam
pengklasifikasian. Sistem klasifikasi yang bertujan pada penyederhanaan objek
studi dalam bentuk suatu ikhtisar lengkap seluruh tumbuhan disebut sistem buatan
atau sistem artifisial.
Keberadaan teknologi canggih, salah satunya komputer maka
berkembang suatu aliran yang dikenal sebagai taksimetri atau taksonometri yang
berusaha untuk menetukan jauh dekatnya hubungan kekerabatan antara dua takson
tumbuhan melalui sistem pemberian nilai untuk kemiringan yang terdapat pada
organ yang sama pada dua kelompok tumbuhan yang berbeda dan kemudian dengan
penerapan analisis kelompok (CLUSTER analisis) dibentuk kelompok-kelompok untuk
menggambarkan jauh dekatnya hubungan kekerabatan diantara anggota kelompok.
Daftar Pustaka
Irfan Firmansyah. (2015,april). Klasifikasi tumbuhan. Diakses tanggal 9
februari 2017 dari
Didin Rosidin. (2012). Klasifikasi da sejarah perkembangan taksonomi
tumbuhan. Diakses tanggal 9 februari 2017 dari

0 komentar: